Cerita Menarik Antara Khalifah Umar Bin Abdul Aziz dan Prabowo
Kolom Utama. Prabowo mirip Umar bin Abdul Aziz. Seorang legenda pemimpin Arab yang
dalam waktu 3 tahun masa kepemimpinannya telah mampu membawa
kesejahteraan bagi negara yang dipimpinnya.
Ya, saya memang benar mengatakan hal tersebut.
Hal yang juga sebenarnya juga disampaikan oleh pak Din Syamsudin pada pertemuannya dengan Prabowo di kantor pusat PP Muhamadiyah.
Waktu itu, pak Din Syamsyudin mengatakan bahwa Prabowo itu diantara dua ‘Umar’, yaitu “Umar bin Khattab” karena ketegasannya dan “Umar bin Abdul Aziz” karena ekonomi kerakyatannya.
Saya sangat sependapat dengan beliau, bahkan kalau boleh ditambahkan lagi–Prabowo memang menjawab apa yang sering saya fikirkan dan tanyakan semenjak mesih kecil. Khususnya SD dan SMP.
Saat SD juga SMP, saya kebetulan ikut sejenis tambahan sekolah madrasah sore usai sekolah SD resmi dan dulu sering ikut pesantren kilat saat musim bulan puasa Ramadhan. Dan dari sana–masih teringat jelas bagaimana para ustad pernah berkisah tentang satu nama khalifah yang sangat fenomenal, khususnya bidang ekonomi yaitu khalifah “Umar bin Abdul Aziz”.
Khalifah yang ini juga sering juga disebut “Umar II”. Menariknya–dalam masa periode kepemimpinan beliau yang sangat pendek (717-720 H), beliau sudah sangat efektif mengelola perekonomian negaranya.
Bayangkan, saking kayanya masyarakat disana–uang zakat sampai menumpuk dan tidak ada satu pun warganya yang masuk dalam golongan penerima zakat karena kemiskinannya. sampai-sampai zakat pun diekspor ke luar negeri dan muncul keputusan jika pesta pernikahan warganya pun dibiayai oleh negara. ckckck…
Wajar jika hal ini membuat rasa penasaran untuk mencari tahu–bagaimana konsep ekonomi sang Khalifah ini?
Konsep yang akhirnya terjawab saat beberapa kali berdiskusi langsung dengan pak Prabowo dan membaca buku-buku, selebaran, program-program sampai video di youtube yang berisi jalan fikirannya.
Ya, sistem ekonomi kerakyatan ala Prabowo yang sering disebut “Prabowonomics” ini menjawab pertanyaan dasar jika dibandingkan dengan konsep Capres dari tetangga sebelah.
Jika capres tetangga sebelah yang diresumekan konsepnya oleh “The Wall Street Journal” America masih berupa sebuah kegiatan teknis yang masih jauh dari lengkap walau pun lebih mendingan daripada konsep ekonomi tetangga sebelahnya lagi yang berbau khas kapitalis yang menyatakan bahwa bisnis yang sukses jika menggunakan uang orang alias hutang. Hadoh!
Nah, jika capres-capres lain akhirnya akan bicara “Bangun ini itu… untuk rakyat”, “subsidi atau fasilitas untuk rakyat” atau bla-bla lain sebagainya, kita akan sama-sama berfikir satu hal:
DUITNYA DARI MANAAAA?!
Mosok mesti pakai hutang keluar negeri lagi atau jual pulau sih? Lha itu namanya bunuh diri.
Sedangkan Prabowo tidak. Beliau mempunyai konsep jelas “mencari duit” untuk pembangunan infrastruktur dan sistem kesejahteraan rakyatnya.
Langkah pertama tentu “menutup kebocoran” anggaran negara. Karena dalam hitungan tim ekonomi Prabowo–terdapat sekitar Rp. 1160 Trilyun/tahun uang negara yang bocor. Sedangkan ada profesor lain mengatakan malah mencapai 3000 trilyun/tahun, dan kali ini saya mengambil nilai terkecil saja dari pak Prabowo.
Nah, kebocoran ini muncul dari a. Kebocoran APBN minimal 25% sekitar Rp. 500 T b. Subsidi BBM untuk impor 500 juta barrel minyak senilai Rp. 300 T dan c. Kebocoran pajak senilai 360 T setiap tahunnya. Lalu jika kita bisa mengamankan ini selama 5 tahun saja, berarti akan terkumpul uang Rp. 5800 Trilyun.
Ini bisa buat membayar hutang negara yang mencapai Rp. 2000 Trilyun dan sisanya Rp. 3800 Trilyun untuk pembangunan infrastruktur dan biaya kesejahteraan rakyat lainnnya. Sekedar informasi, untuk membangun jalan tol trans Sumatera dari Aceh ke Lampung, dibutuhkan biaya sekitar Rp. 175 sd 300 Trilyun. Hitung sendiri sisanya untuk yang lain-lain.
Itu pun yang saya sebut cukup berkerja secara “normal” seperti biasanya. Dan akan lebih banyak lagi pemasukan negara jika menjalankan “Strategi Dorongan Besar” ala Prabowonomic.
Dimana dalam strategy ini, fokus yang akan dilakukan oleh Prabowo adalah pada bidang ‘agriculture” atau pertanian. Kita sudah sama-sama tahu jika ada sekitar 77 juta hektar hutan kita rusak dan HARUS dikembalikan ke habitatnya.
Dari sekian luas hutan yang rusak, Prabowo akan membangun setidaknya 10 juta hektar kebun pangan dan energi (bioetanol & biodiesel) disana. Akan ada sawah baru untuk padi, kebun jagung, kedelai, singkong, aren, kemiri, jarak pagar dan lainnya.
Dan dengan modal sekitar Rp. 50 T, dari sisi kebun energi akan dihasilkan sekitar 700 juta barrel bioethanol yang akan bisa menggantikan impor 500 juta barrel BBM kebutuhan bangsa kita dan sisanya bisa diekspor ke luar negeri. Contoh sukses bioethanol tentu negara Brazil. Jadi kelak, tidak perlu lagi mengebor isi perut bumi untuk energi, toh diatas bumi saja masih bisa menutup kebutuhan dasar energi bangsa kita.
Paham kan jika saya bilang jika konsep ini bisa menjadikan Indonesia seperti era Umar bin Abdul Aziz?
Ya, saya tahu–pasti ada yang nyinyir lagi dan bilang “ekonomi kan bukan soal angka-angka?”. Lha iya, ada benernya. tapi apa kita lupa ayat Al Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11. yang berbunyi:
Audzubillaahiminassyaitonirrojim. Bismillahirahmanirahim…
….إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ….
artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”
shodakollaahul adzim…
Lha bagaimana kita bisa merubah nasib bangsa kita jika kita tidak ikhtiar mencari inti maslah dan problem bangsa kita? Jika kita tidak mencari solusinya? Buat apa ada banyak kampus ekonomi, kampus teknik mesin, teknik industri, teknik perminyakan jika bukan sebagai salah satu jalan ikhtiar?
Apa kita cuman terimo nasib dan pasrah saja dapat pemimpin ala kadarnya yang tanpa konsep atau konsepnya asal jadi saja?
Terakhir, saya masih memegang teguh apa yang sering diucapkan guru-guru Bushido saya yang sering mengatakan bahwa “pikiran selalu mendahului gerakan” dan pikiran inilah yang akan membawa kita sampai pada suatu titik (cita-cita).
Semakin baik dan ikhlas pikiran kita, hasilnya akan semakin cepat dan lebih besar karena Insya Allah, Tuhan bersama orang yang berjuang.
Demikian, selamat pagi dan tetap ber-ikhtiar demi bangkitnya kembali Indonesia Raya.
Ya, saya memang benar mengatakan hal tersebut.
Hal yang juga sebenarnya juga disampaikan oleh pak Din Syamsudin pada pertemuannya dengan Prabowo di kantor pusat PP Muhamadiyah.
Waktu itu, pak Din Syamsyudin mengatakan bahwa Prabowo itu diantara dua ‘Umar’, yaitu “Umar bin Khattab” karena ketegasannya dan “Umar bin Abdul Aziz” karena ekonomi kerakyatannya.
Saya sangat sependapat dengan beliau, bahkan kalau boleh ditambahkan lagi–Prabowo memang menjawab apa yang sering saya fikirkan dan tanyakan semenjak mesih kecil. Khususnya SD dan SMP.
Saat SD juga SMP, saya kebetulan ikut sejenis tambahan sekolah madrasah sore usai sekolah SD resmi dan dulu sering ikut pesantren kilat saat musim bulan puasa Ramadhan. Dan dari sana–masih teringat jelas bagaimana para ustad pernah berkisah tentang satu nama khalifah yang sangat fenomenal, khususnya bidang ekonomi yaitu khalifah “Umar bin Abdul Aziz”.
Khalifah yang ini juga sering juga disebut “Umar II”. Menariknya–dalam masa periode kepemimpinan beliau yang sangat pendek (717-720 H), beliau sudah sangat efektif mengelola perekonomian negaranya.
Bayangkan, saking kayanya masyarakat disana–uang zakat sampai menumpuk dan tidak ada satu pun warganya yang masuk dalam golongan penerima zakat karena kemiskinannya. sampai-sampai zakat pun diekspor ke luar negeri dan muncul keputusan jika pesta pernikahan warganya pun dibiayai oleh negara. ckckck…
Wajar jika hal ini membuat rasa penasaran untuk mencari tahu–bagaimana konsep ekonomi sang Khalifah ini?
Konsep yang akhirnya terjawab saat beberapa kali berdiskusi langsung dengan pak Prabowo dan membaca buku-buku, selebaran, program-program sampai video di youtube yang berisi jalan fikirannya.
Ya, sistem ekonomi kerakyatan ala Prabowo yang sering disebut “Prabowonomics” ini menjawab pertanyaan dasar jika dibandingkan dengan konsep Capres dari tetangga sebelah.
Jika capres tetangga sebelah yang diresumekan konsepnya oleh “The Wall Street Journal” America masih berupa sebuah kegiatan teknis yang masih jauh dari lengkap walau pun lebih mendingan daripada konsep ekonomi tetangga sebelahnya lagi yang berbau khas kapitalis yang menyatakan bahwa bisnis yang sukses jika menggunakan uang orang alias hutang. Hadoh!
Nah, jika capres-capres lain akhirnya akan bicara “Bangun ini itu… untuk rakyat”, “subsidi atau fasilitas untuk rakyat” atau bla-bla lain sebagainya, kita akan sama-sama berfikir satu hal:
DUITNYA DARI MANAAAA?!
Mosok mesti pakai hutang keluar negeri lagi atau jual pulau sih? Lha itu namanya bunuh diri.
Sedangkan Prabowo tidak. Beliau mempunyai konsep jelas “mencari duit” untuk pembangunan infrastruktur dan sistem kesejahteraan rakyatnya.
Langkah pertama tentu “menutup kebocoran” anggaran negara. Karena dalam hitungan tim ekonomi Prabowo–terdapat sekitar Rp. 1160 Trilyun/tahun uang negara yang bocor. Sedangkan ada profesor lain mengatakan malah mencapai 3000 trilyun/tahun, dan kali ini saya mengambil nilai terkecil saja dari pak Prabowo.
Nah, kebocoran ini muncul dari a. Kebocoran APBN minimal 25% sekitar Rp. 500 T b. Subsidi BBM untuk impor 500 juta barrel minyak senilai Rp. 300 T dan c. Kebocoran pajak senilai 360 T setiap tahunnya. Lalu jika kita bisa mengamankan ini selama 5 tahun saja, berarti akan terkumpul uang Rp. 5800 Trilyun.
Ini bisa buat membayar hutang negara yang mencapai Rp. 2000 Trilyun dan sisanya Rp. 3800 Trilyun untuk pembangunan infrastruktur dan biaya kesejahteraan rakyat lainnnya. Sekedar informasi, untuk membangun jalan tol trans Sumatera dari Aceh ke Lampung, dibutuhkan biaya sekitar Rp. 175 sd 300 Trilyun. Hitung sendiri sisanya untuk yang lain-lain.
Itu pun yang saya sebut cukup berkerja secara “normal” seperti biasanya. Dan akan lebih banyak lagi pemasukan negara jika menjalankan “Strategi Dorongan Besar” ala Prabowonomic.
Dimana dalam strategy ini, fokus yang akan dilakukan oleh Prabowo adalah pada bidang ‘agriculture” atau pertanian. Kita sudah sama-sama tahu jika ada sekitar 77 juta hektar hutan kita rusak dan HARUS dikembalikan ke habitatnya.
Dari sekian luas hutan yang rusak, Prabowo akan membangun setidaknya 10 juta hektar kebun pangan dan energi (bioetanol & biodiesel) disana. Akan ada sawah baru untuk padi, kebun jagung, kedelai, singkong, aren, kemiri, jarak pagar dan lainnya.
Dan dengan modal sekitar Rp. 50 T, dari sisi kebun energi akan dihasilkan sekitar 700 juta barrel bioethanol yang akan bisa menggantikan impor 500 juta barrel BBM kebutuhan bangsa kita dan sisanya bisa diekspor ke luar negeri. Contoh sukses bioethanol tentu negara Brazil. Jadi kelak, tidak perlu lagi mengebor isi perut bumi untuk energi, toh diatas bumi saja masih bisa menutup kebutuhan dasar energi bangsa kita.
Paham kan jika saya bilang jika konsep ini bisa menjadikan Indonesia seperti era Umar bin Abdul Aziz?
Ya, saya tahu–pasti ada yang nyinyir lagi dan bilang “ekonomi kan bukan soal angka-angka?”. Lha iya, ada benernya. tapi apa kita lupa ayat Al Qur’an surat Ar-Ra’d ayat 11. yang berbunyi:
Audzubillaahiminassyaitonirrojim. Bismillahirahmanirahim…
….إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ….
artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”
shodakollaahul adzim…
Lha bagaimana kita bisa merubah nasib bangsa kita jika kita tidak ikhtiar mencari inti maslah dan problem bangsa kita? Jika kita tidak mencari solusinya? Buat apa ada banyak kampus ekonomi, kampus teknik mesin, teknik industri, teknik perminyakan jika bukan sebagai salah satu jalan ikhtiar?
Apa kita cuman terimo nasib dan pasrah saja dapat pemimpin ala kadarnya yang tanpa konsep atau konsepnya asal jadi saja?
Terakhir, saya masih memegang teguh apa yang sering diucapkan guru-guru Bushido saya yang sering mengatakan bahwa “pikiran selalu mendahului gerakan” dan pikiran inilah yang akan membawa kita sampai pada suatu titik (cita-cita).
Semakin baik dan ikhlas pikiran kita, hasilnya akan semakin cepat dan lebih besar karena Insya Allah, Tuhan bersama orang yang berjuang.
Demikian, selamat pagi dan tetap ber-ikhtiar demi bangkitnya kembali Indonesia Raya.
Comments
Post a Comment